Welcome to My Blog!

Bienvenue Sedoyo lan Sedulor
Follow Me


Di kalaangan awam, ekonomi islam seperti ekonomi bangsa arab saja. Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang saat ini ekonomi islam yang berkembang merupakan sistem kapitalisme yang diislamisasi. Setelah banyaknya kekacauan dan gagalnya ekonomi kapitalisme konvensional dalam menjawab kemashlahatan umat maka lahirlah Ekonomi Islam, dan ketika konvensional tersebut sudah digalau-in sama kekhawatiran-kekhawatiran masyrakat maka solusi yang “katanya” real beralih ke sistem ekonomi yang d-iislamisasi.

Bisa dibilang bahwa ekonomi islam yang lahir saat ini adalah anak haram dari sistem konvensional tersebut, belum ada sistem yang murni dibentuk dari teori islam. Jadi untuk menghasilkan ekonomi islam murni maka yang pertama kali dibangun harus dilandas dengan sistem hukum islam bukan yang adobsi konvensional.

Indonesia is the biggest Islamic rietail banking in the world yaitu negara dengan bank ritel syariah terbesar di dunia (Ritel adalah seluruh proses transfer barang dan jasa dari produsen ke konsumen). Di timur tengah dan negara-negara teluk lainnya, istilah Islamic banking (perbankan islam) adalah Islamic investmen banking (duitnya banyak tapi orangnya yang sedikit) dan uang tersebut diinvestasikan di London. kalau Islamic banking di Malaysia adalah Islamic corporate banking yaitu pembiayaan diberikan ke perusahan besar dengan jangka waktu relatif panjang dengan 70-75% persen dana pihak ketiganya adalah dana milik pemerintah dan BUMN, tapi yang bener-bener dari masyarakat hanya 20-25%, sehingga di Malaysia modal dananya stabil. Maka perbankan syariah berani memberikan modalnya ke perusahan besar.

Islamic banking di Indonesia adalah Islamic rittel banking yang artinya dana dari BUMN/Pemerintah tidak ada dan tidak tercampur. Hal itu karena regulasi/aturan bank syariah dan pemerintah dalam hal ini BUMN memang berbeda.

Ekonomi islam tidak hanya berkutat pada sektor perbankan islam saja, namun juga diterapkan pada sektor pertanian, perkebunan dan semua yang bersinggungan dengan kemashlahatan manusia. Namun saat ini sistem konvensional sangat dominan di Indonesia, jadilah ekonomi islam masih menonjol pada perbankan, asuransi dan pegadaian syariah saja.

Kalau kita tinjau secari kualitatif, embel-embel syariah (bank, pengadaian, asuransi) di Indonesia memang menunjukkan puncak musim seminya, yaitu menjadi tren tersendiri dikalangan pakar ekonomi meskipun pada tahun-tahun lalu banyak yang meragukan eksistensinya,

Mari kita lihat capain Indonesia saat ini sebagai beikut.

1. Indonesia adalah negara dengan jumlah BPR (Badan Pengkreditan Rakyat) terbanyak di dunia yaitu mencapai ±150 bpr.

2. Indonesia juga mempunyai asuransi syairah terbanyak di dunia yaitu 40 badan asuransi.

3. Raksa dana Syariah, dan sukuk dengan urutan kedua dibawah Malaysia.

4. Indonesia adalah negara dengan ±20 jt nasabah dan asuransi. Kalau dihitung hmpir sama dengan populasi penduduk Malaysia, SAUDI?? Lewat coyyy ……

5. Indonesia adalah negara yang paling banyak DPS (dewan pengawas syariah) yaitu ±208 orang yang sudah lulus sertifikasi satu yaitu sertifikasi akad murabahah musyarakah. Terdapat 3 level sertifikasi di DPS.

6. Indoneisa paling banyak universitas yang menawarkan mata kuliah syariah

7. Indonesia adalah negara yang mempunyai Islamic banker paling banyak di dunia yaitu 20.000 orang yang juga sudah lulus sertifikasi syariah.

Itulah segelintir capain Indonesia saat ini, dan jika dikembangkan lagi dan didrong oleh pemerintah maka tidak menutup kemungkinan Indonesia menjadi motor pergerakan ekonomi islam di dunia. Meskipun saat ini Malaysia yang paling menonjol namun kalau ada kebijakan khusus insya Allah akan berkembang pesat. Karena apa? Karena ±80% dri 250 JT penduduk Indonesia berada di konvensional, jika setengahnya saja ke syariah maka sudah sangat jelas kita berada di pucuk.

Faktanya lagi adalah Indonesia sudah menjadi kiblat tujuan pelajar dari afrika, eroap, amerika, turki (termasuk 15 negara ex-Rusia) sebagai tujuan pembelajaran islamic banking, bukan ke Malaysia maupun ke timur tengah karena kita menganut sistem ritel banking, bukan investmen banking. Kalau di Indoneisa memakai murobahah, tapi kalau di timur tengah tawarru’ murobahah.